Rabu, 15 Februari 2023

Benar atau salahkah keputusanku?

Guru merupakan seorang pemimpin pembelajaran. Kita sering berada dalam situasi dimana kita harus mengambil keputusan dari suatu permasalahan. Apabila kita harus mengambil keputusan dari suatu permasalahan yang benar dan salah maka itu termasuk dalam bujukan moral. Namun jika kita harus mengambil keputusan dari suatu permasalahan yang sama-sama benar maka sesungguhnya kita berada dalam dilema etika.

Upaya pengambilan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan beberapa tahap berikut, yaitu: mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesuai dari suatu kasus, memilih dan memahami prinsip-prinsip untuk membuat keputusan dan menerapkan langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika serta bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.

Empat paradigma dalam pengambilan keputusan yaitu individu lawan masyarakat (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) dan jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Tiga prinsip pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).

Sembilan langkah pengambilan keputusan yaitu: 1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan; 2) Menentukan siapa saja yang terlibat; 3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan; 4) Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola; 5) Pengujian paradigma benar lawan benar; 6) Prinsip Pengambilan Keputusan; 7) Investigasi Opsi Trilema; 8) Buat Keputusan; dan 9) Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Apabila seorang pemimpin dihadapkan pada suatu keadaan yang mengharuskannya mengambil keputusan, maka keputusan tersebut harus dipertimbangkan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu pratap triloka atau trilogi Pendidikan dapat diambil sebagai pedoman agar keputusan yang dihasilkan berpihak kepada murid. Pratap triloka ini yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah-tengah membangun semangat), dan Tut Wuri Handayani (dari belakang memberikan pengaruh/ dorongan). Pemimpin pembelajaran merupakan panutan/teladan bagi warga sekolah lainnya sehingga proses dan keputusan yang diambil akan mereka jadikan pegangan dan pedoman. keputusan yang diambil harus mampu memberikan semangat dan motivasi agar semua warga sekolah bisa menghargai dan menghormati suatu proses dan keputusan yang diambil. Warga sekolah juga bisa belajar bagaimana proses membuat keputusan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan dan berpihak kepada murid.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai kebijakan universal jika diterapkan dengan baik maka akan berdampak baik, namun jika diterapkan dengan kurang baik maka akan berdampak kurang baik juga. Prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan ada 3 yaitu berpikir berbasis peraturan, berpikir berbasis rasa peduli/empat dan berpikir berbasis hasil akhir. Pada prinsip pengambilan keputusan dengan berpikir berbasis peraturan biasanya kita dipengaruhi oleh nilai-nilai seperti displin dan komitmen. Prinsip pengambilan keputusan dengan berpikir berbasis empati, biasanya dipengaruhi nilai empati, suka menolong, gotong royong dan peduli. Adapun pada prinsip pengambilan berpikir berbasis hasil akhir, nilai – nilai yang berpengaruh adalah kepemimpinan dan keadilan, tanggung jawab dan keadilan. Suatu keputusan yang diambil haruslah dapat dipertanggungjawabkan sehingga akan menimbulkan kepercayaan dan kebaikan serta keadilan.

Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik seperti kebenaran, keadilan, kejujuran, disiplin, toleransi dan tanggung jawab akan mendorong guru menentukan keputusan yang tepat sasaran dan benar serta meminimalisir kemungkinan kesalahan yang akan merugikan semua pihak khususnya murid.Jika nilai-nilai yang diautnya merupakan nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral dan etika maka keputusan yang diambil akan salah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Guru harus selalu berpegang teguh kepada nilai-nilai yang baik tersebut. Guru juga harus senantiasa menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan agar nilai-nilai yang dianut guru penggerak seperti mandiri, inovatif, kolaboratif, dan berpihak kepada murid akan membuatnya menjadi pembelajar sejati. Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat terwujud dari guru yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etikaa. Diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL). Sebagai pendidik tentu saja kita harus memahami adanya perbedaan minat dan gaya belajar murid, untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat untuk melaksanakan pembelajaran yang mengakomodir kepentingan murid tersebut. Pengambilan keputusan khususnya masalah dilema etika, dimana keputusan harus diambil dari pilihan yang sama-sama benar, memerlukan energi dan kesadaran penuh. Guru yang memiliki kesadaran penuh (mindfulness) maka perasaannya akan menjadi lebih tenang, pikiranya jernih, stress berkurang dan dia lebih fokus. Pada saat dia dapat mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya tersebut maka dia dapat mengambil keputusan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Murid juga dapat semangat dalam belajar sehingga terwujud kesejahteraan psikologis atau wellbeing.

Pengambilan keputusan yang tepat akan membuat semua orang merasa senang dalam melaksanakan atau menjalankannya. Selain itu, keputusan tersebut juga akan dihormati dan dihargai oleh semua pihak, tidak ada paksaan atau sanggahan yang terjadi. Jika semua orang merasa senang dan menghormati serta menghargai suatu keputusan tersebut maka akan tercipta lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan dalam pengajaran akan memerdekakan murid-murid jika kita memutuskan untuk menggunakan strategi pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhannya. Strategi pembelajaran berdiferensiasi baik itu konten, proses maupun produk membuat murid merdeka dalam belajar. Pembelajaran yang tepat untuk mengakomodir potensi murid yang berbeda-beda dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui data tentang kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid, setelah itu baru kita bisa melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai. Pembelajaran yang berpihak kepada murid akan menciptakan pembelajaran yang aman, nyaman dan menyenangkan, sesuai dengan keinginan dan harapan. Murid akan merasa merdeka dalam belajar. Murid akan menjadi mandiri, kreati, inovatif dan berakhlak mulia. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang baik dan sesuai dengan profil pelajar Pancasila dan mampu mewujudkan manusia yang bahagia dan sejahtera.

Pengambilan keputusan terutama dalam pengujian pengambilan keputusan akan lebih efektif dilakukan jika dilakukan dengan proses coaching. Proses coaching yang dilakukan seorang pemimpin dengan alur tirtanya dapat menggali potensi-potensi yang ada dalam diri seseorang dan berfokus pada hal-hal positif. Coache dapat memberikan tanggapan berupa kritik dan atau saran tentang keputusan tersebut sesuai dengan keinginan dari dalam dirinya sendiri. Coache juga dapat memberikan refleksi dan umpan balik. Ketika keputusan tersebut diambil maka tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita, karena kita sudah yakin sekali dengan keputusan tersebut.

Tantangan-tantangan yang ada dalam menjalankan pengambilan keputusan untuk kasus dilema etika adalah adanya pemikiran dari tiap individu atau kelompok yang bersebrangan dimana masing-masing merasa benar dan dengan pendirian yang kuat berusaha mempertahankan pendapatnya. Untuk itu kita harus bisa menjembatani dan mengkolaborasi pemikiran-pemikiran tersebut sehingga keputusannya akan bisa diterima kedua belah pihak. Tantangan berikutnya adalah merubah sistem pengambilan keputusan yang sebelumnya tidak melalui sembilan proses pengambilan keputusan, budaya yang sudah ada akan sulit dirubah. Kita perlu meyakinkan dan membuktikan bahwa dengan pengambilan keputusan berdasarkan sembilan proses tersebut akan lebih tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Tantangan-tantangan tersebut tentu saja berkaitan dengan perubahan paradigma yang terjadi seperti individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasian, kebenaran lawan kesetiaan dan jangka pendek lawan jangka panjang.

Kesimpulan

Pengambilan keputusan diambil berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara dengan pratap trilokanya, dan berlandaskan nilai-nilai universal serta nilai dan peran guru penggerak. Pengambilan keputusan juga berdasarkan pada budaya positif dari rangkaian/alur Bagja yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (wellbeing). Seorang guru harus mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya dengan memiliki kesadaran penuh (mindfullness) sehingga akan didapatkan strategi pembelajaran yang berpihak kepada murid yaitu pembelajaran berdiferensiasi (konten, proses dan produk). Pembelajaran ini dilakukan dengan mengetahui kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid. Murid akan mendapatkan merdeka belajar yang akan menghantarkannya kepada masa depan yang sejahtera dan memiliki profil pelajar pancasila. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness),pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial(social awareness) dan keterampilan hubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral yang terjadi dalam pengambilan keputusan sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah. Proses coaching melalui alur Tirta akan sangat membantu dalam pengujian keputusan tersebut,. Proses coaching menghasilkan keputusan yang bermanfaat bagi coachee. Proses coaching yang diselaraskan dengan tiga prinsip, empat paradigma dan Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. akan menghasilkan keputusan yang benar-benar tepat, bertanggung jawab dan berpihak kepada murid.

Refleksi Modul 3.1

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan perlu dilihat dulu apakah suatu kasus itu adalah bujukan moral ataukah dilema etika, karena jika termasuk dalam bujukan moral maka sudah jelas salah dan benarnya dan keputusannya sudah jelas mengikuti hal yang benar. Sedangkan apabila kasus itu merupakan dilema etika maka kita perlu benar-benar menimbangnya dengan melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dalam situasi dilema etika dengan paradigma individu dan kelompok. Keputusan dibuat hanya dengan mengandalkan hasil akhir berdasarkan pandangan tidak merugikan kedua belah pihak. Keputusan tersebut diambil tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil tidak melalui uji benar vs benar dan keputusan tidak dievaluasi dan direfleksi lagi. Terkadang saya masih menanyakan pada diri saya apakah keputusan yang diambil itu benar atau salah. Ternyata banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan baik itu paradigma, prinsip dan langkah-langkahnya. Apabila konsep tersebut diimplementasikan dengan baik maka saya percaya bahwa keputusan tersebut tepat, baik dan dapat dipertanggungjawabkan dan saya yakin (tidak ragu-ragu) dengan apa yang sudah diputuskan.

Modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin ini sangat penting bagi saya. Sebagai seorang individu saya merasa dengan mempelajari modul ini maka dalam pengambilan keputusan, saya tidak akan salah langkah dan saya tidak memiliki keraguan terhadap keputusan yang diambil sehingga saya merasa senang, aman dan nyaman. Sebagai seorang pemimpin tentu saja pengambilan keputusan berdasarkan konsep yang ada akan menumbuhkan budaya positif dan menghasilkan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif sehingga pembelajaran yang berpihak kepada murid bisa terlaksana dengan baik, dengan demikian akan terwujud profil pelajar Pancasila.

4 komentar:

  1. Terimakasih Om Jay yang sudah berkunjung dan selalu menginspirasi

    BalasHapus
  2. Kalau tindakan kita telah masuk pengujian ke no 4, ada uji legalitas.. maka sudah bukan tindakan dilema etika lagi..
    Hehee.. begitukah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bu, kalau tidak lulus di pengujian ke-4 maka termasuk bujukan moral. Terimakasih bu pencerahannya juga atas kunjungannya

      Hapus

Buku Naik Pangkat

P ertemuan keduapuluh lima Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang ke-28 Pemateri: Dr. Imron Rosidi, M.Pd Moderator: Yandri Novitas S...

Resume Menulis