Kamis, 09 Februari 2023

Menulis pantun berima, berirama

 
Resume Ketigabelas
Kelas Menulis Gelombang Ke-28
Senin, 06 Februari 2023

Tema: Kaidah Pantun
Narasumber : Miftahul Hadi, S.Pd.
Moderator : Dail Ma'ruf, M.Pd.

Pantun sering kita dengar ketika pembawa acara membuka atau menutup suatu acara dalam kegiatan resmi ataupun tidak resmi. Suasana akan mencair jika pembawa acara memulai kegiatan dengan berpantun. Tidak jarang juga sambutan-sambutan yang disampaikan oleh pejabat ataupun tokoh masyarakat dibuka dan ditutup dengan pantun.
Pantun dapat dibuat oleh siapa saja, namun apakah pantun yang dibuat sudah baik dan memenuhi kaidahnya atau belum, maka itu yang harus dipelajari. Apa sebenarnya pantun itu? Bagaimana membuatnya? Apa saja kaidahnya?

Miftahul Hadi, S.Pd., Narasumber guru di SD Negeri 1 Raji Demak akan menyampaikan materi tentang kaidah pantun. Pak Hadi, begitu nama panggilan beliau, telah banyak menghasilkan karya berupa buku solo dan antologi yang berhubungan dengan pantun. Beliau pernah mengikuti festival pantun pendidikan negeri serumpun tahun 2021 di Kuala Lumpur Malaysia, bahkan beliau juga pernah menjadi juri dalam pertandingan cerdas cermat pantun pendidikan guru dan pelajar intenasional yang diselenggarkan oleh sekolah Indonesia Kuala Lumpur bekerjasama dengan jabatan kebudayaan dan kesenian negara Malaysia tahun 2021. Kepiawaian beliau mengenai pantun, tidak perlu diragukan lagi. Berikut pemaparan beliau mengenai pantun.

Kalau tuan ke pulau Mempar,
Batu terbelah di gunung Daik,
Kalau tuan bertanya kabar,
Alhamdulillah kabar baik.

Banjir kanal jembatan patah,
Rimbun semak di pinggir kali,
Salam kenal saya mas Miftah,
Dari Demak berjuluk kota wali

Pantun Tradisi Asli Indonesia

Pantun merupakan salah satu kekayaan seni verbal yang dimiliki Indonesia. Pantun diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada tanggal 12 Desember 2020 di sesi ke-15 Intergovernmental committee for the safeguarding of the intangible cultural heritage di Kantor pusat UNESCO Paris Perancis.

Beberapa pertunjukan pantun bersifat narasi, misalnya kentrung di Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan struktur pantun untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang. Sebagai besar kesusastraan tradisional Indonesia pada hakikatnya membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks seperti “randai” dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

Pantun biasanya identik dengan suku bangsa Melayu ataupun Betawi. Namun, tiap daerah memiliki pantun, di Tapanuli pantun dikenal dengan istilah ende-ende (Suseno, 2006)
Contoh :
Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan
Artinya :
Jika tuan mencari paku,
Petiklah daun sidulang-dulang,
Jika tuan rindukan daku,
Pandanglah sang bulan purnama.

Di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan (Suseno, 2006)
Contoh :
Sing getol nginum jajamu,
Ambeh jadi kuat urat,
Sing getol maengan ilmu,
Gunana dunya akhirat.
Artinya :
Rajinlah minum jamu,
Agar kuatlah urat,
Rajinlah tuntut ilmu,
Bagi dunia akhirat.

baris ketiga = maengan = mencari

Di Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan (Suseno, 2006)
Contoh :
Kabeh-kabeh Gelung konde,
Kang Endi kang Gelung Jawa,
Kabeh-kabeh ana kang duwe,
Kang Endi kang durung ana.
Artinya :
Semua bergelung konde,
Manakah si Gelung Jawa,
Semua sudah ada yang punya,
Siapakah yang belum punya.

Definisi dan Kegunaan Pantun

Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019).

Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)

Kegunaan pantun banyak sekali, selain untuk komunikasi sehari-hari pada zaman dahulu. pantun juga bisa digunakan untuk mengawali sambutan pidato. Pantun juga bisa disisipkan dalam lirik lagu, perkenalan, ataupun dakwah dan juga bisa untuk menyatakan perasaan. Selain itu pantun juga melatih seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berujar.

Ciri-ciri pantun

Satu bait pantun terdiri atas empat baris. Lalu, satu baris itu idealnya terdiri atas empat sampai lima kata. Kemudian, satu baris pantun terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata. Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang. Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud. Persajakan atau susunan kata berakhiran a-b-a-b. Pantun yang baik, memiliki sajak a-b-a-b, sebenarnyan boleh juga menggunakan sajak a-a-a-a, namun akan mengurangi keindahan pantun itu sendiri.

Fungsi pantun

Fungsi pantun sebagai pemelihara Bahasa, berperan menjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berujar. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat. Pantun juga menunjukkan kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermain-main kata. Secara umum peran sosial pantun adalah alat penguat penyampaian pesan.

Perbedaan pantun dengan syair dan gurindam

Pertama, aspek baris. Pantun terdiri dari empat baris, baris pertama dan kedua disebut sampiran, baris ketiga dan keempat disebut isi. Adapun syair terdiri dari empat baris, sedangkan gurindam terdiri dari dua baris.

Kedua, aspek sajak. Pantun bersajak A-B-A-B, syair bersajak A-A-A-A, dan gurindam bersajak A-A.

Ketiga, hubungan persajakan. Pada pantun, antara sampiran dan isi tidak memiliki hubungan sebab akibat. Sedangkan pada syair, keempat barisnya saling berhubungan dan pada gurindam, baris pertama dan kedua merupakan sebab akibat yang memiliki keterkaitan.

Pantun dua baris disebut juga karmina atau pantun kilat.
Contoh :
Sudah gaharu Cendana pula,
Sudah tahu bertanya pula.

Contoh Syair
Inilah kisah bermula kawan
Tentang negeri elok rupawan
Menjadi rebutan haparan jajahan
Hidup mati pahlawan memperjuangkan

Engkau telah mafhum kawan
Penggenggam bambu runcing ditangan
Pemeluk tetes darah penghabisan
Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan

Contoh gurindam :
Jika rajin salat sedekah,
Allah akan tambahkan berkah
gurindam singkat padat –bermakna

Karmina, terdiri atas dua baris. Baris pertama dan kedua tidak ada hubungannya.
Gurindam itu ada Sebab akibat.

Cara mudah menulis pantun

Adapun cara mudah menulis pantun ada empat yaitu: memahami kaidah/ciri pantun, menguasai perbendaharaan kata, menulis isi pantun dan menulis sampiran pantun.

Pertama, memahami kaidah/ciri pantun:
Memotong rebung pokok kuini
Menanam talas akar seruntun
Mari bergabung di malam ini
Dalam kelas menulis pantun
Kaidah dari pantun tersebut yaitu: pantun terdiri dari atas empat baris. Baris pertama terdiri atas empat kata, baris kedua terdiri atas empat kata, baris ketiga terdiri atas empat kata, baris keempat terdiri atas empat kata. Baris pertama terdiri atas sepuluh suku kata, baris kedua terdiri atas sepuluh suku kata, baris ketiga terdiri atas sepuluh suku kata, baris keempat terdiri dari sepuluh suku kata. Adapun persajakan dan rima dalam pantun sebagai berikut.

Sumber: https://anyflip.com/wiirj/cfbd/

Kedua, menguasai perbendaharaan kata. Perbendaharaan kita dapat dilakukan dengan mencari kata yang memiliki bunyi akhir sama, minimal dua huruf.

Sumber: https://anyflip.com/wiirj/cfbd/

Ketiga dan keempat. Jika membuat pantun, susunlah baris ketiga dan keempat terlebih dahulu.Baru yang terakhir, susun baris pertama dan kedua. Jadi isinya dulu baru sampiran.

Materi tentang kaidah pantun sangat luar biasa. Kita bisa membuat pantun yang baik yang sesuai dengan kaidahnya berdasarkan hal tersebut. Jika terbiasa dan berlatih terus menerus maka kita akan bisa dan mudah dalam membuat pantun. 
Berikut latihan saya membuat pantun dengan memasukan kata “Merdeka belajar”.

Nyaringnya bunyi petasan
Membuat telinga menjadi bergetar
Berpihak kepada murid adalah keharusan
Mewujudkan merdeka belajar

Indah nian kota kandangan
Kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Terimakasih atas segala perhatian
Mohon maaf atas semua kesalahan

 





2 komentar:

Buku Naik Pangkat

P ertemuan keduapuluh lima Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang ke-28 Pemateri: Dr. Imron Rosidi, M.Pd Moderator: Yandri Novitas S...

Resume Menulis