Minggu, 19 Februari 2023

Diksi, Indah dan Menghanyutkan

Pertemuan kedelapanbelas
Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI
Gelombang ke-28

Pemateri: Maesaroh, M.Pd (Maydearly)
Moderator Widya Arema

Tema: Diksi dan Seni Bahasa
Jum’at/17 Februari 2023

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan diksi sebagai tindakan memilih kata yang tepat untuk menyampaikan ide atau gagasan di mana tindakan pemilihan kata tersebut dilakukan untuk menyampaikan maksud dan tujuan dari suatu gagasan. Diksi yang saya kenal sejauh ini adalah kumpulan kata-kata yang indah dan mendalam yang dapat membuai dan membuat kita terhanyut saat membaca. Apakah sebenarnya diksi itu?

Narasumber luar biasa Maesaroh, M.Pd kelahiran Lebak tanggal 26 Nopember 1989. Nama pena beliau adalah Maydearly dengan personal branding Sang Blogger Milenial dengan situs blog maydearly.blogspot.com. Ibu Maydearly merupakan guru di SMPN 1 Lebakgedong Kabupaten Lebak Banten, Lulusan S1 STKIP Setiabudhi Rangkasbitung FKIP Program Studi Bahasa Inggris tahun 2013 dan menyelesaikan S2 Magister Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta tahun 2020. Beliau adalah seorang narasumber, penulis, kurator, editor, blogger dan motivator. Adapun karya buku yang dibuatnya adalah 10 buku antologi, 2 buku kurator jejak pena pengembara aksara, dan kisah para pendaki mimpi, buku duo literasi digital untuk abad 21 bersama Prof. Eko Indrajit, buku solo trik jitu menjadi penulis milenial, buku solo episode 1 januari 2020 dalam kenangan dan buku solo catatam inspiratif. Narasumber luar biasa yang menyukai diksi ini akan memberikan pemaparan tentang diksi dan seni bahasa.

Berikut Karya indah Maydearly dalam balutan diksi indah nan menawan.

Senja Mengukir Cinta
Oleh: Maydearly

Deru angin dalam semilir
Mengukir ruang resah
Tentang senja paling gulita
Yang membawa rasa untuk dia.

Untuk rembulan dalam temaram
Ku titipkan singasana cinta
Berceloteh tentang rindu
Yang bersembunyi dalam diam.

Sunyi bertahta dalam gelap
Hampa riak suara, kelabu
Hanya menandu rindu
Dari cinta yang berselimut dingin.

Rasa cinta yang tetap terjaga
Bak bersanding dengan alam
Menjadi singgasana keabadian
Membumi dengan lubuk paling dalam.

Untuk dia, ku jaga rasa
Memeluk rindu seabad
Ku sampaikan dalam maya
Agar terukir cerita paling menawan.

Diksi dan Seni Bahasa

Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.

Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa?

Sebab banyak keindahan atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir. Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan. Lantas, apakah begitu sulit kita dalam berdiksi? Honestly I fell ashame membawakan materi tentang Diksi,Terkadang banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa.

Apakah mungkin saya bisa menulis sebuah bahasa yang indah? Kita merasa takut tulisan kita terdengar garing ketika dibaca. Menulis itu sederhana, Sesederhana mengadukan gula dalam gelas kopi. Menulis dari apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan dan apa yang kita dengarkan. Lantas jurus apa yang harus kita pakai agar kita mampu menulis dengan segala keindahan. Libatkan 5 macam panca indera kita.

Lima jurus mengembangkan diksi

Lima jurus jitu dalam mengembangkan diksi yang menarik yaitu sense of touch, sense of smell, sense of taste, and sense of jurnalism. 

Pertama, Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.
Contoh:
Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi

Kedua,  Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
Contoh:
Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan

Ketiga, Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.
Contoh:
Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.

Keempat, Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya
Contoh
Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan

Kelima, Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh
Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu

Acap kali dalam menulis kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar, tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita. Mengapa kita selalu melihat kursi yang kita duduki dengan pandangan yang begitu sederhana? Sesekali buatlah ia mempesona dan anggun. Di atas kursi ini, aku pernah memeluk ratapan bagaimana menungguimu dengan sebuah doa takdim.

Bagaimana Diksi itu bisa masuk dalam pelataran logika? karena logika adalah akal yang digerakan sebuah ruh. Tulisan adalah hasil karya dari sebuah jasad yang diperintah oleh otak, kemudian ia menapaki kalbu sebagai jejak untuk bersuara. Diksi dijabarkan sebagai kekayaan bahasa, memaknai kata sebagai bentuk keindahan. Layaknya secangkir Teh, ada hangat yang perlu diresapi karena bahasa adalah jembatan dimana kita bisa mengerti dan saling memahami.

Bagaimana mengolah panca indera agar tergali? Panca indera itu melekat dalam jasad kita, kita tak perlu perintahkan ia untuk memandu hati kita membuat sebuah tulisan yang indah. Tugas kita adalah menerima sinyal dari kelima panca indera tersebut yang kemudian kita bisa jabarkan dalam sebuah tulisan. Ketika kelima indera itu kita libatkan, maka tak ada tulisan yang biasa. Pepatah mengatakan menulislah dengan hati, karena apa? Karena hati mampu menerka indera kita dengan baik. Emosi adalah bahasa hati. Biarkan ia mengalir luruh agar sampai pada puncak nan elegan. Menulislah dengan hati yang jujur, karena tulisan yang dicampuri oleh hati, maka ia akan sampai pada hati pembaca

Diksi tak hanya sebuah kiasan saja, karena ia adalah sebuah padanan kata. Dalam google kentara di sebut dengan sinonim. Bagaimana tulisan kita tergali dengan baik? Sesekali jangan menulis kata yang kerap orang jumpai. Carilah padanan atau sinonim dari kata yang kita tunjuk. Ketika Diksi datang berjuntai mengalungi pikiran kita, maka kita hanya perlu menyusun rapi dengan apik. Agar tulisan kita menjadi epik nan menarik. 

Puisi yang bagus itu bukan yang sulit dipahami, tetapi memiliki pola arti dan tujuan. Setiap bait mengandung simpulan. Diksi hanyalah sebuah pemanis untuk mempercantik sebuah puisi.Yang lebih penting adalah ungkapkan rasa yang lebih tepat. Karena rasa lahir dari hati ia tak pernah munafik, setelah rasa itu diutarakan, entah bahagia atau emosi ia akan lahir dalam diksi yang natural.

Ketika kita menulis, maka kita adalah seorang subjek yang memberi informasi. Apa yang akan kita tulis itu yang akan dinikmati pembaca. Menulislah untuk didengarkan pembaca, bukan menulis sesuai keinginan pembaca. Suara itu tak melulu tentang ucapan, pula sebuah tulisan dengan segala keindahannya. Setiap apapun yang kita lihat, sesekali kita rasakan, kita raba, bahkan kita ampu kan sebagai sebuah senyawa yang mampu bersuara. Setelah mencoba, kita akan yakin, setelah yakin Pasti Bisa

Did you know a true writes is someone that never feeling down. Seberapa sulit hal yang kita hadapi she's never give up. Ia sama sekali tak putus asa, selalu berusaha mencoba dan terus mencoba. Seberapa sulit ia menata perasaan nya, she's always create a good idea ia selalu menumbuhkan ide-ide baru. Tidak sulit bukan? Karena yang sulit adalah tidak ingin memulai.

Kebersamaan kita memang hanya di udara.
Tapi tak menyurutkan terjalinnya suatu kisah.
Ruang dan waktu kita memang beda
Bukan berarti rasa tak boleh sama.

Saat-saat langkah terayun menjauh
Jarak kitapun semakin membentang
Akankah semuanya tinggal kenangan
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan sirna terkubur oleh waktu.

Jadikan pertemuan ini adalah awal tegukan yang manis, mengawali cerita di layar kaca, menyusun kepingan kata, dan diseduh dengan rasa bahagia untuk terus belajar berprosa. Karena bahasa adalah jembatan antara hujan dan kemarau yang ketika dibubuhi embun ia menjadi pelangi, indah nan elegan. Mari kita tingkatkan semangat dan lawan rasa enggan, malas serta pikiran negatif yang menghambat kita. Ciptakan karya buku jangan ditunda.

Menulislah seperti embun yang ketika jatuh ke bumi membawa pengetahuan, dan ketika melangit ke arsy menjadi keabadian (Maydearly)

Kita tidak akan faham takdir tulisan kita akan menghilir kemana, tapi dengan tetap terus menulis insyaallah tulisan kita akan sampai pada takdir yang indah (Widya Arema)

Segala sesuatu dalam hidup dapat ditulis jika kamu memiliki keberanian melakukannya, dan imajinasi untuk berimprovisasi, Bagaimana pun juga musuh terburuk dari semua kreativitas adalah keraguan diri sendiri yang tidak dilawan. (Silvia Plath)

Untaian kata demi kata yang disampaikan narasumber sangat menyentuh kalbu, bagaikan mutiara yang selalu memancarkan sinarnya, menghadirkan kerinduan yang mendalam agar bisa bersua kembali. Malam yang dingin menjadi saksi bisu bagaimana diriku terpana, terbuai dalam dekapan gelap gulita. Sungguh indah dan menghanyutkan. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Naik Pangkat

P ertemuan keduapuluh lima Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang ke-28 Pemateri: Dr. Imron Rosidi, M.Pd Moderator: Yandri Novitas S...

Resume Menulis